KAIRO, SABTU - Kendati Dewan Keamanan PBB telah menetapkan Resolusi 1860, konflik di Jalur Gaza tetap berkobar. Israel masih menghujani Jalur Gaza dengan bom dan mortir, Jumat (9/1).
Memasuki hari ke-14, Israel melakukan sekitar 50 serangan udara ke Jalur Gaza dan menewaskan 22 warga sipil. Jumlah korban tewas bertambah menjadi 785 orang sejak Israel menyerang wilayah itu pada 27 Desember 2008. Kelompok Hamas membalas dengan menembakkan 15 roket ke dua kota di wilayah selatan Israel, yaitu Beersheba and Ashkelon, dan melukai satu orang.
Tank-tank Israel menembaki sejumlah lokasi di Gaza. Saksi mata menuturkan, tank Israel mengenai target di Jabaliya dan Beit Lahiya di utara serta Zeitun, tetangga Gaza City. Di Jabaliya, sebuah stasiun bahan bakar terbakar setelah sebuah roket menghantam gudang kayu di dekatnya. Asap hitam tebal terlihat membubung ke angkasa akibat kebakaran itu.
Sebuah bangunan bertingkat lima di Gaza rata dengan tanah setelah diterjang roket Israel. Sedikitnya tujuh orang tewas.
Baik Israel maupun Hamas menolak menerima resolusi Dewan Keamanan PBB No 1860 yang antara lain mendorong gencatan senjata segera antara Palestina dan Israel di Jalur Gaza. Resolusi juga menyerukan dilaksanakannya penyaluran bantuan kemanusian tanpa hambatan ke Jalur Gaza.
PM Israel Ehud Olmert dilaporkan setuju tetap melakukan serangan militer, sementara Menteri Pertahanan Ehud Barak menginginkan gencatan senjata.
Menlu Israel Tzipi Livni menolak mentah-mentah gencatan senjata. Hamas pun tegas menolak karena resolusi itu mengabaikan kepentingan rakyat Palestina.
Aksi protes mendesak penarikan tentara Israel dari Jalur Gaza terjadi di berbagai tempat. Puluhan ribu orang di Irak, Tepi Barat, Jerusalem, Mesir, dan Jordania, turun ke jalan menyerukan tuntutan mereka, Jumat.
Terancam gagal
Di Kairo, pembicaraan gencatan senjata yang dimediasi Mesir terancam gagal karena ketidaksepakatan soal pengamanan perbatasan. Kairo menolak penempatan pasukan asing di perbatasannya dengan Jalur Gaza sepanjang 14,5 kilometer.
”Pembicaraan gencatan senjata berhenti di tempat. Makin banyak yang merasa bahwa upaya Mesir dan Perancis ini tidak akan berhasil,” kata salah seorang diplomat senior Uni Eropa.
Di Jakarta, sejumlah tokoh masyarakat madani yang dikoordinasi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin mendatangi Kedutaan Besar Amerika di Jakarta, untuk menyampaikan surat pada Presiden Barack Obama. Surat berisi permintaan agar AS menjaga perdamaian dunia dengan nilai-nilai demorasi yang selama ini dibanggakannya.
Ketua Umum Partai Amanat Nasional Soetrisno Bachir meminta agar kepedulian terhadap rakyat Palestina jangan dikotori kepentingan politik dalam negeri yang sebentar lagi melaksanakan pemilu.
Hamas bertahan
Ketegaran Hamas dan faksi-faksi Palestina lainnya di Jalur Gaza cukup mengejutkan, meskipun telah digempur Israel selama 14 hari dari udara, laut dan udara. Barat, khususnya AS, harus menerima bahwa Hamas adalah bagian signifikan dari peta politik di Palestina dan Timur Tengah.
Pengamat politik yang juga wartawan kawakan Mesir, Muhammad Hasanein Haikal dan pemikir Palestina Azmi Bishara kepada televisi satelit Aljazeera menegaskan hal itu, Kamis malam, menanggapi kehebatan Hamas menghadapi gempuran Israel yang berlebihan itu.
Menurut Bishara, kondisi politik internal Israel menjelang pemilu legislatif pada 10 Februari membuat partai politik-politik di Israel berlomba mencari simpati dan popularitas.
Bishara mengatakan, popularitas partai Kadima pimpinan Menlu Tzipi Livni dan partai Buruh pimpinan Ehud Barak yang sedang berkuasa kini sedang melorot dibanding partai oposisi Likud yang dipimpin Benjamin Netanyahu.
Karena itu, lanjut Bishara, Livni dan Barak memutuskan menyerang Jalur Gaza dengan harapan bisa menaikkan popularitas. Aksi ini juga berkaitan dengan masa transisi di AS dari pemerintah Presiden George W. Bush ke Barack Obama.
Pengamat politik Mesir Muhammad Hasanein Haikal juga mengatakan, Israel kali ini melancarkan agresi terbesar ke Jalur Gaza untuk melemahkan kekuatan Hamas, baik infrastruktur, politik maupun militernya, karena Hamas dianggap sebagai penghalang terwujudnya penyelesaian politik versi AS dan Israel di Timur Tengah. (ap/afp/reuters/fro/mam)
Sumber : kompas.com
0 comments:
Post a Comment